Jumat, 12 September 2008

Huuhh...

Tampar aku...
Bangunkan aku dari pembaringanku yang penat ini
bantu aku berdiri untuk menyusuri jalan yang lama tak kulalui

Usai sudah asa ini bertarung dengan hati yang semakin mengeras
pikiran dikepala yang makin membatu
Gerak tubuh yang semakin sempit

Kutatap lekat-lekat keadaan sekitar yang gersang
sepi, panas, dan usang
Kulihat seseorang di kejauhan
dengan senyumnya yang munafik dan busuk
Muak aku melihatnya...

Ia lewat di depanku tanpa peduli
wajah angkuh itu, ia juntai tinggi-tinggi menjauhi pandanganku
Dan ia menghilang diantara deburan pasir yang menari bersama angin

tak satupun makhluk yang ingin meraih tanganku yang semakin ditelan nasib
Dengan tertatih, kubangkitkan diri melalui jalan suram itu
tak mampu lagi ku bertapak...
Kuhempaskan tubuhku ke jalan, tertutuplah mataku yang tak mampu lagi menatap ke depan...

Pacar Khayalan

Aku adalah seorang gadis muda yang hanya merindukan suasana berbeda didalam kehidupanku yang selama ini hambar. Kulihat berbagai manusia didunia ini memiliki seseorang selain Tuhan dan kedua orang tuanya, yaitu sesosok manusia yang dapat mendampinginya dikala senang dan sedih. Tak dapat kubayangkan bila itu adalah aku.

Ratusan bulan, ribuan hari, jutaan jam dan milyaran menit ku lalui tanpa makhluk itu. Namun dikala aku benar2 menginginkan dirinya, ia mulai beranjak hadir diantara kehidupan ku dan memberinya warna.

$$$

Saat itu, saat dimana aku benar2 galau, saat dimana aku benar2 merindukan teman bicara, ia hadir secara perlahan menapaki masalah ku.

“Sudahlah, semua itu hanyalah lukisan hidup yang harus kita bingkai dan kita maknai” kata2 itu terdengar sangat halus, lebih halus dari sebuah kapas. Saat ku mulai tak tau harus berbuat apa, ia menenangkan ku. Kutengok asal suara itu, kulihat sesosok bayangan besar yang memandangku dengan wajah cerah tenteram. Bagai cahaya dalam kegelapan malam tanpa bulan.

Ku angkat tubuhku yang sedang merebah, ku hampiri dirinya dalam kepekatan malam.

“Siapa kamu ?” kutanyakan dirinya, dan ia hanya diam membisu. Hanya senyum yang ia sunggingkan untuk menjawab pertanyaanku. Tangan besarnya meraih telapak tanganku, ia genggam, genggaman dalam kehangatan yang selama ini aku damba. Tatapan matanya yang tenang dan waspada, tatapan itu sangat damai dan sejuk. Sedikit demi sedikit cahaya semakin benderang dan kini aku mulai bisa melihat dengan jelas wajah mudanya dalam silaunya cahaya.

“Aku adalah makhluk yang kau inginkan hadir di dalam dirimu, aku tak akan meninggalkanmu sendiri, aku janji.” hanya kata2 itu yang dapat membuatku percaya bahwa dia selalu ada di sini, di hatiku. Dia tak perlu kupanggil bila kubutuh, dia tak perlu kutelepon bila ku rindu. Ia akan hadir saat aku mulai menginginkan kehadirannya dalam diriku.

Saat masalah mulai menerkamku, aku menangis sejadinya ditempat pertemuanku dengannya, dan betul saja ia hadir menemani kesedihan yang melanda.

“Sudahlah sayang, semua itu bukan salahmu. Pasrahkan semuanya kepada Allah...” Ribuan kata2 ia ucapkan untuk membuatku tenang dalam menghadapi ujian hidup ini. Sepertinya aku tak perlu menjelaskan permasalahanku, karena selain Allah, teman curhatku hanya dia.

Semua orang didunia ini mungkin menganggapku bukanlah manusia yang memiliki masalah berlebih seperti kebanyakan orang, namun diwajahnya aku hanyalah manusia cengeng yang pengecut dan penakut atas segala hal yang belum terjadi.

$$$

Ribuan tetes air mata dapat kutumpahkan dihadapannya, ia benar2 makhluk yang aku inginkan selama ini. Ia tak membuatku takut, ia tak membuatku kesal, ia tak membuatku marah, dan ia selalu membuatku bahagia bila bersamanya. Masa2 itu, masa disaat aku sedih, masa disaat aku senang, dirinya selalu hadir disetiap waktu. Ia tak bosan, ia juga tak marah bila hari2nya hanya untuk aku. Semua jiwa raganyapun ia serahkan padaku.

“Hai sayang, bagaimana kegiatan kamu hari ini ? Baik2 sajakah ?” pertanyaan itu selalu ia tanyakan saat aku mulai bosan sendiri, ia hadir dengan senyumnya yang khas yang dapat menyejukkan suasana hatiku.

“Hari ini baik, tapi seperti biasalah ada masalah sedikit...” semua masalah yang aku hadapi selalu aku ceritakan tanpa terkecuali, dan tanpa ada rahasia apapun.

“Ya ampun sayang, masalahnya itu terus sih, tapi seperti pendapatku yang kemarin lah, dia nggak perlu kamu perduliin...” tetap dengan komentar yang singkat namun dapat dipahami. Semua orang menganggap aku aneh bila aku mengatakan bahwa benar makhluk itu ada, buktinya dia selalu memelukku saat ku bingung, ia menggenggam tanganku saat ku risau dan ia mencium keningku saat aku lelah dan mulai tertidur dalam nuansa malam yang mencekam tapi damai.

Memang sampai saat ini aku belum bisa memandang wajahnya dengan jelas, namun aku selalu yakin wajahnya pasti memiliki ribuan rahasia yang tak ingin aku ketahui. Aku gak peduli dengan rupanya namun yang aku inginkan adalah sesosok makhluk indah yang dapat menemaniku dimanapun berada. 'Hanya itu'.

Tapi saat ini semua itu berubah, aku memang masih bersamanya namun aku menginginkan makhluk indah lainnya hadir disini, tempat dimana aku menulis cerita ini. Ia bisa mengucapkan sayang setiap hari, menelponku untuk menanyakan kabar, makhluk lain yang bernama ' PACAR '. apa makhluk yang menemaniku saat ini adalah makhluk itu, makhluk yang aku inginkan. Jawabannya 'iya', dia orangnya, tapi dia bukan manusia, dia juga bukan sesuatu yang berarti disini, dia hadir untukku, datang untuk mengisi kekosongan hatiku.

Kini aku mengalami ujian2 berat lainnya, tentang keluargaku aku juga tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku berharap dia bisa membantuku.

“Kapan dia pergi dari sini, aku muak sama semuanya. Aku ga mau dia mengganggu hidup keluargaku lagi, aku gak mau Ndre...” Andre, nama makhluk yang kini berada disampingku saat tubuhku membeku atas kemarahan yang memuncak, kudekap kedua tanganku untuk tempatku menangis. Kini dia rebahkan kepalaku kepundaknya, ia rangkul aku dari belakang, ia menenangkanku. Aku mencuap-cuap sendiri melampiaskan kemarahanku, kadang aku memukulnya kencang untuk mengeluarkan segala emosi yang terpendam. Ia hanya diam tak berucap, tangan dan jemarinya mulai mengusap-usap rambutku, ia raih tanganku untuk merasakan kehangatan yang menusuk jiwa yang galau ini.

“Aku tau apa yang kamu rasain, aku juga merasakannya kok, yang. Tapi aku ga tau apa yang harus aku lakukan, aku...”

“Ga apa2 Ndre, kamu mau nemenin aja aku udah seneng kok, semuanya bisa aku selesaiin, tapi aku bingung kenapa harus begini... kenapa ????” aku menangis sejadinya, hanya dia dan Allah yang tahu keadaan ku saat itu, aku kacau. Ia semakin erat memelukku, sepertinya tak ingin terlepaskan sampai aku tenang.

Dalam keheningan aku mulai merenungi semuanya, kini tubuhku sudah tak dipeluknya, ia sudah melepaskanku, dan kini hanya merebahkan kepalaku dibahunya yang tinggi besar itu. Kini obrolan itu dimulainya..

“Yang, kamu udah mendingan kan, jangan buang air mata kamu untuk orang seperi itu, itu ga ada gunanya”

“Aku tau itu, tapi ini semua bener2 udah keterlaluan Ndre, aku harus gimana” tanyaku padanya terbata-bata yang masih beriringan dengan isak tangisku.

$$$

Andre memang sesosok yang sempurna, tapi kenapa ia hanya hadir saat aku sendiri. Aku menyadarinya saat beberapa bulan lalu, waktu dikeramaian bersama teman-temanku. Disana aku berharap Andre ada disana merasakan tawa ku yang lepas, bukan air mata yang selalu ia lihat. Tapi ia tak ada, ku telusuri seluruh jalan dan kucermati satu persatu tanpa terlewatkan di pesisir jalan itu, kerumunan manusia menghalangiku mencari Andre, teman2ku tak tahu klo aku sedang mencari sesuatu yang hilang. Tetap aku mencari tanpa terlepas tawaku dengan teman2ku, dan... ketemu. Ia ada diujung sana memandangku dengan senyum lembutnya yang hanya bisa kubalas dengan senyuman rindu. Saat aku ingin menghampirinya, tangannya langsung menghadangku dari kejauhan, ia mengangguk tanda mengisyaratkan untuk jangan mendekatinya dan tetaplah kamu bersama teman2mu itu, karena mereka juga bisa membuatmu bahagia. Hanya itu kata2 yang dapat aku terjemahkan dari tatapan mata tajamnya itu, aku menuruti kemauannya. Namun disaat aku mulai terlena atas kebersamaanku dengan teman2, Andre menghilang, dia tak ada disana “Mungkin dia pulang” pikirku.

Memang dia makhluk yang baik, dia sangat pengertian, benar2 PERFECT, aku suka itu. Kini hari2ku sudah mulai tenang, tak ada lagi air mata yang tumpah karena sebuah ujian hidup yang tak dapat aku jalani. Kini aku selalu tertawa, tersenyum dan ikhlas, hanya itu yang dapat aku lakukan untuk saat ini karena aku ga pernah tau apa yang terjadi besok, juga 1 jam yang akan datang.

Andre akan selalu menemaniku dimanapun berada, dan dalam suasana apapun dia hadir. Dia juga menemaniku dan dia merangkulku saat ini, saat aku menulis ini. Tapi apa salah bila aku ingin pria lain selain Andre yang sebenarnya sudah PERFECT itu ??? Nggak kan . . .

Mulai sekarang aku akan berusaha untuk ga lagi menangis dihadapannya, tapi aku akan selau memberinya senyum termanis yang aku miliki karena dia adalah segalanya dan tak akan pernah tergantikan sampai kapanpun. Entah sampai mana aku akan bercerita tentang dirinya, kini Andre hanya tersenyum melihat dirinya diungkapkan dalam ceritaku kali ini. Bila kau lihat dirinya saat ini, ia lebih tampan dari artis yang paling ganteng sekalipun, entah siapa yang harus aku jadikan perbandingan untuk dirinya. Pokonya, sosok yangn aku damba ada di diri dia.

$$$

“Wah, hari ini indah banget ya, aku kayaknya ga mau beranjak dari hari ini deh”

“Iya, aku juga ga mau hari ini pergi, tapi ini adalah waktu dan harus berputar, semua sudah diatur lho, yang. Biar kamu ga mau, tapi harus tetap dijalani.

Hari ini aku merasakan kebahagiaan yang begitu berbeda dari sebelumnya, selain karena kehadirannya, juga karena memang aku sudah mulai berusaha untuk meredakan emosiku yang kemarin2 tak dapat dikendalikan. Lihat, kami tersenyum berdua di tempat itu, kami berpegangan tangan, tak ada keraguan dan kebimbangan diantara kami berdua.

Aku juga mengutarakan kalau aku ingin punya pacar, dia nggak cemburu. Dia bahkan mendukung keinginanku itu, Andre memang sayang padaku tapi dia juga tak punya rasa cemburu kalau aku mau punya pacar. Dia ngertiin aku banget ya . . . !!!

“Kapan kamu mau nyari pacar ?” tanya Andre

“Ga tau juga deh, abisan ga ada yang mau sama aku sih...”

“Ko kamu ngomongnya kaya gitu, tapi aku yakin suatu saat nanti kamu bakalan punya pacar yang terbaik yang ga pernah kamu kira sebelumnya” ucapan2 itu selalu terngiang-ngiang dipikiran aku jika keinginan itu timbul.

Andre juga bukan orang yang mudah tersinggung dan egois, ia selalu berusaha memberikan yang terbaik buat aku. Dia ga pernah sekalipun berkeluh kesah atas segala yang ia hadapi, ia bener2 seorang pendengar yang baik dan ga akan ada yang bisa menggantikannya.

Tapi apa mungkin aku akan menikahi sesosok makhluk seperti Andre...?

Sempurna tapi tak ada . . .??

Karena dirinya hanyalah pacar khayalanku yang bisa aku ciptakan lewat imajinasi ku sendiri dengan segala kesempurnaan pria yang aku inginkan. Kini dia ada disisiku, menemaniku bercerita tentang irinya, membelai rambutku yang panjang terurai dengan mata setengah terpejam tuk menyelesaikan cerita tentang dirinya.